Rabu, 23 November 2011

PEMBAGIAN TAUHID

Pembagian Tauhid – Rububiyah,
Uluhiyah, Asma wa Sifat
Pada awalnya tauhid dibagi menjadi 2
bagian, yaitu :
Tauhid Al Ma’rifat wal Itsbat
(Pengenalan dan Penetapan) yang
mengandung 2 tauhid yaitu
Tauhid Rububiyah yaitu mengenal
Allah melalui perbuatan-Nya.
Tauhid Asma wa Sifat yaitu
mengenal Allah melalui nama dan
sifat-Nya.
Tauhid Al Irodi Ath Tholabi yaitu
tauhid yang diinginkan dan dituntut,
disebut juga tauhid uluhiyah.
Akan tetapi seiring semakin jauhnya
umat Islam dari ajaran agama, sehingga
banyak terjadi penyimpangan
keyakinan di dalam nama dan sifat
Allah, maka Tauhid Asma wa Sifat
disebutkan secara khusus. Sehingga
Tauhid dibagi menjadi 3 :
Tauhid Rububiyah
Yaitu mentauhidkan Allah dalam
perbuatan-Nya, seperti mencipta,
menguasai, memberikan rizki,
mengurusi makhluk, dll yang semuanya
hanya Allah semata yang mampu. Dan
semua orang meyakini adanya Rabb
yang menciptakan, menguasai, dll.
Kecuali orang atheis yang berkeyakinan
tidak adanya Rabb. Diantara
penyimpangan yang lain yaitu kaum
Zoroaster yang meyakini adanya
Pencipta Kebaikan dan Pencipta
Kejelekan, hal ini juga bertentanga
dengan aqidah yang lurus.
Tauhid Uluhiyah
Mentauhidkan Allah dalam perbuatan-
perbuatan yang dilakukan hamba. Yaitu
mengikhlaskan ibadah kepada Allah,
yang mencakup berbagai macam
ibadah seperti : tawakal, nadzar, takut,
khosyah, pengharapan, dll. Tauhid inilah
yang membedakan umat Islam dengan
kaum musyrikin. Jadi seseorang belum
cukup untuk mentauhidkan Allah dalam
perbuatan-Nya (Tauhid Rububiyah)
tanpa menyertainya dengan
mengikhlaskan semua ibadah hanya
kepada-Nya (Tauhid Uluhiyah). Karena
orang musyrikin dulu juga meyakini
bahwa Allah yang mencipta dan
mengatur, tetapi hal tersebut belum
cukup memasukkan mereka ke dalam
Islam.
Tauhid inilah yang menjadi inti
pembahasan dari Kitab Tauhid, oleh
karena itu penulis memberikan judul
“Kitab Tauhid yang merupakan hak
Allah terhadap hamba-Nya”. Judul ini
diambil dari perkataan Rasulullah
terhadap Muadz bin Jabbal di atas
keledai, “Tahukah engkau apa hak Allah
terhadap hamba-Nya, dan apa hak
hamba terhadap Allah ?”, Muadz bin
Jabbal, “Allah dan Rasulnya yang lebih
mengetahui”, Hak Allah kepada
hambanya yaitu agar hamba beribadah
mentauhidkan Allah dan tidak
menyekutukan Allah.
Tauhid Asma Wa Sifat
Mengimani dan menetapkan apa yang
sudah ditetapkan Allah di dalam Al
Quran dan oleh Nabi-Nya di dalam
hadits mengenai nama dan sifat Allah
tanpa merubah makna, mengingkari,
mendeskripsikan bentuk/cara, dan
memisalkan. Untuk pembahasan yang
lebih lengkap bisa merujuk ke beberapa
kitab diantaranya Aqidah Washithiyah,
Qowaidul Mutsla, dll.
Apabila ketiga tauhid di atas ada yang
tidak lengkap, maka seorang hamba
bisa berkurang imannya atau bahkan
telah keluar dari Islam.
Syirk
Lawan tauhid adalah syirk, yaitu
menjadikan sesuatu mempunyai sekutu
dalam suatu urusan. Maka barang siapa
yang telah syirk, maka dia telah
menjadikan sekutu bagi Allah di dalam
melaksanakan ibadah.
Pembagian Syirk
Pembagian syirk menjadi 2 bagian
Syirk besar : Mengeluarkan
seseorang dari Islam.
Mengakibatkan sifat syirk melekat
pada seseorang.
Syirk kecil : Jalan menuju syirk
akbar tapi tidak mengeluarkan
seseorang dari Islam. Sifat syirk
tidak melekat seluruhnya pada
seseorang.
Pembagian syirk menjadi 3 bagian
Syirk besar yang nyata :
Melakukan amalan syirk besar
yang nyata, seperti menyembah
patung.
Syirk kecil yang nyata :
Melakukan amalan syirk kecil yang
nyata, misalkan bersumpah
dengan nama selain Allah.
Syirk yang tersembunyi :
Melakukan amalan syirk yang
tersembunyi
Syirk yang tersembunyi dibagi menjadi
Syirk tersembunyi yang besar
(riya’nya orang munafiq) : Hal ini
mengeluarkan seseorang dari
Islam.
Syirk tersembunyi yang kecil
(riya’nya kaum muslimin) : Hal ini
tidak mengeluarkan seseorang
dari Islam.
Pembagian tauhid dan syirk menjadi 3
bagian memiliki dasar di dalam Al Quran
dan As Sunnah tidak secara tersurat
tapi tersirat. Misalkan dalam ayat Al
Fathihah, “Alhamdu lillaahi Rabbil
‘Alamin”
Al-Hamdu = Tauhid Asma wa
Sifat, sifat Al Hamid,
lillaahi = Tauhid Asma wa Sifat
dan Tauhid Uluhiyah, menetapkan
nama Allah dan menetapkan
peribadahan kepada Allah
Rabbi = Tauhid Rububiyah
Firman Allah, “Dan tidaklah Aku
menciptakan Jin dan Manusia
kecuali untuk beribadah kepada-
Ku”
Jin merupakan makhluk yang diciptakan
Allah dari api. Kata yang terdiri dari jim
( ﺝ) dan nun (ﻥ) dalam bahasa arab
memiliki makna umum tertutup.
Misalkan Majnun (orang gila) tertutupi
akal sadarnya, Jannatun (Surga) karena
tertutupi kenikmatannya dari
pandangan, pendengaran, dan
pemikiran manusia, begitu juga Jin
bermakna tertutup dari manusia. Jin
juga dibebani ibadah sebagaimana
manusia.
Manusia merupakan makhluk yang Allah
ciptakan dari tanah. Kata Al-Ins
(manusia) memiliki makna Al-Uns (jinak,
saling bantu membantu), yaitu manusia
harus saling tolong-menolong dalam
menjalani hidupnya.