Kamis, 24 November 2011

HIJRAH UMAT TERDAHULU.

Konsep Hijrah Dalam
Perspektif Al-Qur’an ( Vol 3 )
Catatan sejarah menunjukkan
bahawa, perjalanan hijrah tidak
hanya dilakukan oleh Rasulullah
SAW dan para sahabat sahaja.
Bahkan lebih awal dari itu, ia
telah dilakukan oleh rasul-rasul
dan ummat sebelumnya.
Antaranya adalah seperti
berikut:
Hijrah Ummat Terdahulu
Ashabul Kahfi adalah contoh
penting dari pelaksanaan ibadah
hijrah yang dilakukan oleh umat
terdahulu. Kisah mereka
diabadikan oleh Allah SWT di
dalam al-Qur’an pada Surah Al-
Kahfi dari ayat ke-9 hingga ayat
26. Mereka adalah satu golongan
anak muda yang beriman
kepada Allah SWT. Sebagian ahli
tafsir menyebutkan bahwa
mereka hidup setelah Isa,
sebagai orang Nasrani. Sebagian
pula berpendapat bahwa
mereka adalah kaum Muslim
pengikut agama Isa, sedangkan
pada masa itu raja mereka
adalah penyembah berhala, yang
menyeru mereka menyembah
berhala. Diriwayatkan juga
bahwa mereka adalah satu kaum
dari anak cucu para bangsawan
kota Daqyus, kerajaan kafir. Juga
dinamakan Daqinus.
Diriwayatkan bahwa mereka
mengenakan tutup kepala dan
gelang dari emas yang memiliki
liontin. Mereka datang dari
Romawi yang kemudian
mengikuti agama Isa.
Lebih dari satu ahli tafsir, baik
generasi terdahulu maupun
generasi akhir yang
menyebutkan bahwa mereka
adalah anak keturunan raja-raja
Romawi dan para pemimpin
mereka. Ath-Thabari mengutip
pendapat Ibnu Abbas bahwa,
mereka berjumlah delapan
orang. Maksimilina adalah yang
terbesar di antara mereka dan
dialah yang berbicara dengan
raja. Kemudian Mahsimilina,
Yamliha, Marthus, Kasythusy,
Pirunus, Dinamus, Bathunus dan
Qalush. Ibnu Kathir mengatakan
bahwa, jumlah mereka adalah
tujuh orang berdasarkan firman
Allah SWT:
Artinya: Nanti (ada orang yang
akan) mengatakan “(jumlah
mereka) tiga (orang), yang
keempat adalah anjingnya” dan
(yang lain) mengatakan “(jumlah
mereka) lima (orang), yang
keenam adalah anjingnya”
sebagai terkaan yang ghaib dan
yang (yang lain lagi)
mengatakan “(jumlah mereka)
tujuh (orang), yang kedelapan
adalah anjingnya”. (QS. Al-Kahfi:
22)
Hijrah para pemuda Ashabul
Kahfi ini berawal dari
penyaksian mereka terhadap
amalan kaumnya yang
menyembah berhala-berhala dan
taghut serta menyembelih
binatang ternak untuk
dipersembahkan pada tuhan
mereka pada hari besar agama
mereka di pusat kota setiap satu
tahun sekali di bawah
pengarahan seorang raja yang
kejam dan keji yaitu Dikyanus.
Mereka menyadari bahwa apa
yang dilakukan oleh kaumnya
dengan bersujud kepada berhala
sesungguhnya merupakan hak
Allah SWT yang telah
menciptakan langit dan bumi.
Mulailah satu demi satu dari
mereka meninggalkan kaumnya
dan menolak perbuatan mereka
dan menentang mereka dalam
hal itu. Orang yang pertama di
antara mereka adalah duduk
dibawah pohon rindang.
Kemudian menyusul orang
kedua yang turut duduk disana.
Kemudian berdatangan yang
selanjutnya. Mereka bukanlah
orang yang saling mengenal,
namun hati mereka yang
menyebabkan mereka
berkumpul dalam kumpulan
iman.
Mereka berdiri dihadapan kaum
mereka sambil mengumumkan
ketauhidan dan berlepas diri dari
kesyirikan yang dilakukan kaum
mereka. Mereka berkata “Tuhan
kami bukan Tuhan Fulan dan
Fulan, tapi Dia Tuhan langit dan
bumi. Dialah Raja, Pencipta dan
pengatur langit dan bumi”. Para
pemuda itu tidak peduli dengan
sesiapa pun juga. Mereka seperti
tukang-tukang sihir Fir’aun yang
tidak peduli ancaman Fir’aun,
mereka tetap teguh dengan
kebenaran. Mereka
meninggalkan kampung halaman
mereka menuju ke sebuah gua.
Dikatakan bahwa, lokasi gua itu
berada di Gunung Ar-Raqim
(dekat Amman, Yordan).Para
ulama berbeda pendapat
tentang letak gua itu.
Kebanyakan mereka berkata
“gua itu di bumi Ailah”.
Dikatakan pula “gua itu lebih
tepat di negeri Romawi”.
Wallahua’lam.
Sedangkan tentang anjing (yang
bersama mereka) diriwayatkan
bahwa anjing itu adalah anjing
berburu mereka milik mereka.
Ibnu Abbas mengatakan bahwa,
dalam perjalanan mereka
berjumpa dengan seorang
penggembala yang memiliki
seekor anjing. Penggembala itu
mengikuti mereka karena
adanya kesesuaian dengan
pendapat mereka. Para pemuda
ini lalu ditidurkan oleh Allah SWT
di dalam gua tersebut selama
tiga ratus tahun ditambah
sembilan tahun Hilaliyah
(Qamariyah). Sedangkan dalam
hitungan Syamsiyah lamanya
adalah tiga ratus tahun. Sebab,
perbedaan antara setiap seratus
tahun penanggalan Qamariyah
dengan penanggalan Syamsiyah
adalah tiga tahun. Karena itulah,
Allah menyatakan “selama tiga
ratus tahun dan ditambah
sembilan tahun”.
Mereka masing-masing bangkit
dalam keadaan tertanya-tanya
mengenai lama masa mereka
tidur sehinggalah Allah SWT
menjelaskan kepada mereka
melalui manusia yang hidup
pada zaman tersebut tentang
keadaan diri mereka.
Setelah bangkit dari tidur,
mereka mengutus salah seorang
dari mereka dengan uang
logamnya ke kota, yang
dengannya agar membawakan
makanan, namun
keberadaannya dan juga
dirhamnya tertolak karena telah
kuno. Sehingga ia dibawa
kepada raja yang yang ketika itu
seorang yang shalih dan rakyat
pun telah beriman. Ketika raja
melihatnya, ia berkata “kiranya
ini adalah para pemuda yang
pergi di zaman raja Dikyanus.
Aku telah berdoa kepada Allah,
sudi kiranya menunjukkan
mereka kepadaku”. Akhirnya
mereka bersama-sama
berangkat ke gua. Kebanyakan
riwayat mengatakan bahwa
mereka meninggal dunia ketika
diajak berbicara oleh Tamlikha,
teman mereka yang kembali dari
kota bersama raja yang beriman
ini.
Hijrah Para Nabi
Antaranya adalah seperti
berikut:
1) Nabi Ibrahim
Berikut adalah tempat-tempat
penghijrahan Nabi Ibrahim
Alaihissalam:
a) Hijrah dari Babilonia menuju ke
Syam (Syria) dan Palestina.
b) Hijrah ke Mesir
c) Hijrah dari Mesir kembali ke Syam
d) Hijrah ke bumi Mekah dan
membangun Baitullah
2) Nabi Luth
Berikut adalah tempat-tempat
penghijrahan Nabi Luth
‘Alaihissalam:
a) Hijrah ke Syam bersama bapa
saudaranya Nabi Ibrahim
b) Hijrah ke Sadum (sekitar Jordan)
3) Nabi Musa
Berikut adalah tempat-tempat
penghijrahan Nabi Musa
Alaihissalam:
a) Dari Mesir ke Madyan
b) Dari Madyan kembali ke Mesir
c) Dari Mesir ke Syam (Palestin)
4) Nabi Muhammad
Berikut adalah tempat-tempat
penghijaran Nabi Muhammad
dan para sahabat:
a) Hijrah ke Habsyah kali pertam
a – Bulan Rejab Tahun ke-5
Nubuwwah (Kenabian) dengan
jumlah 15 orang iaitu 10 lelaki
dan 5 perempuan. Nabi tidak
sertai.
b) Hijrah ke Habsyah kali kedua –
Bulan Syawal Tahun ke-5 Nubuw
wah (Kenabian). Jumlah mereka
83 lelaki dan 19 perempuan.
Ketua rombongan adalah Ja’afar
bin Abi Talib. Nabi tidak sertai.
c) Hijrah ke Ta’if – Rasulullah
keluar berdakwah di Ta’if selama
10 hari bersama Zaid bin
Harithah. Tiada yang menerima
Islam kecuali seorang hamba
iaitu Addas (seorang Nasrani),
hamba kepada Utbah bin Rabi’ah
dan Syaibah bin Rabi’ah. Hijrah
ke Ta’if berlaku selepas tahun
ke-10 Nubuwwah.
d) Hijrah ke Madinah – Para
sahabat keluar secara kelompok-
kelompok kecil bermula dari
bulan Muharram dan Rasulullah
SAW keluar bersama Abu Bakar
pada hari Khamis, 1 Rabi’ul
Awwal ketika berumur 53
tahun.
Hijrah berterusan selepas itu,
dilakukan oleh para sahabat,
para ulama’, imam-imam mazhab
dan berkelanjutan sampai saat
ini dengan pelbagai tujuan baik
melaksanakan urusan dakwah,
menuntut ilmu, berjihad dan
sebagainya.